Thursday, 29 June 2017

RESUME THAHARAH



Nama              : Ricky Setiawan      
Nim/prodi       : 931211116/Hukum Ekonomi Syariah
STAIN KEDIRI       

A.    THAHARAH
            Thaharah menurut arti bahasa adalah suci dan lepas dari kotoran. Sedangkan menurut syara’ menghilangkan penghalang yang berupa hadas dan najis. Menurut istilah para fuqaha’ berarti membersihk Thahara atau bersuci dalam pandangan islam tidak hanya menyangkut bersih atau kotor, namun lebih kepada tujuan sahnya suatu ibadah. Tanpa adanya ritual bersuci yang sesuai, mustahil akan terjadi ibadah yang sah. Karena suatu syarat sahnya semua ibadah adalah kondisi suci yang apabila tidak terpenuhi maka akan berakhir dengan kesia-siaan.an diri dari hadas dan najis, seperti mandi, berwudlu dan bertayammum.
B.     MACAM-MACAM THAHARAH
1.      Wudhu
     Secara bahasa wudhu berasal dari kata wadhaah yang berarti bagus, bersih, terang dari gelapnya dosa. Menurut definisi syariat wudhu adalah mempergunakan air untuk dibasuhkan pada anggota tubuh bersamaan dengan niat.[1]
Hal-hal yang mewajibkan wudhu
a.       Keluarnya segala sesuatu selain sperma dari salah satu lubang qubul atau dubur.
b.      Hilang akal disebabkan tidur.
c.       Bersentuhan kulit antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahromnya.
d.      Menyentuh kemaluan atau dubur.[2]
Rukun wudhu
a.       Niat.
b.      Membasuh wajah.
c.       Membasuh kedua tangan hingga siku.
d.      Mengusap sebagian kepala.
e.       Membasuh kaki hingga mata kaki.
f.       Tertib.

Sunnah wudhu
a.       Membaca basmallah
b.      Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c.       Berkumur-kumur
d.      Membersihkan hidung
e.       Menyela-nyela janggut yang tebal
f.       Mendahulukan anggota yang kanan
g.      Mengusap seluruh kepala
h.      Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i.        Megusap kedua telinga
j.        Membasuh sampai tiga kali
k.      Berturut-turut
l.        Berdo’a sesudah wudlu
Manfaat wudhu dari aspek kesehatan[3]
a.       Mengurangi resiko kanker kulit
b.      Melancarkan peredaran darah
Gerakan wudhu
a.       Membasuh kedua telapak tangan
b.      Berkumur
c.       Menghirup air kehidung lalu mengeluarkannya
d.      Niat
e.       Membasuh wajah
f.       Membasuh kedua tangan
g.      Menyelah-nyelahi jari tangan
h.      Mengusap kepala
i.        Mengusap kedua telinga
j.        Membasuh kedua kaki
k.      Menyelah-nyelahi jari-jari kaki
2.      Tayyamum
          Secara bahasa tayyamum memiliki arti “menyengaja”. Sedangkan dalam terminologi fiqih tayyamum memiliki pengertian mengusap debu pada wajah dan kedua tangan dengan ketentuan khusus.[4]
          Banyak orang menganggap janggal dipilihnya debu sebagai pengganti air sebagai sarana bersuci. Karena mengusapkan debu kewajah dan kedua tangan dapat mengotorinya. Namun debu dipilih sebagai pengganti air karena diantara keduanya memiliki dan hubungan yang sangat erat. Allah menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air, sedang tanah merupakan materi asal penciptaan manusia ( Nabi Adam). Jadi, penciptaan manusia melibatkan dau unsur, yaitu tanah dan air.[5]
Syarat tayammum
a.      Islam
b.      Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c.      Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air akan kambuh sakitnya
d.      Telah masuk waktu shalat
e.      Dengan debu yang suci
f.       Bersih dari Haid dan Nifas
Rukun tayammum
a.       Niat
b.      Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu
c.       Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d.      Tertib
Sunnah tayammum
a.       Membaca basmallah
b.      Mendahulukan anggota kanan
c.       Menipiskan debu di telapak tangan
d.      Berturut-turut
Hal-hal yang membatalkan tayammum
a.       Semua yang membatalkan wudlu
b.      Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c.       Karena murtad.

3.      Mandi
Secara bahasa, mandi (ghusl) diartikan sebagai mengalirkan air kesebuah benda. Sementara itu, menurut definisi syariat, mandi adalah mengalirkan keseluruh tubuh dengan niat tertentu.[6] Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa mandi menurut syariat yang dianggap dapat menghilangkan hadas besar dan mendapatkan kesunnahan harus memenuhi dau kriteria. Pertama, meratakan air keseluruh tubuh tanpa terkecuali, dan yang kedua berniat diawal basuhan.[7]
Tata cara mandi
Tata cara mandi yang baik adalah sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. Dalam salah satu hadisnya, “ Dari Aisyah r.a berkata, ‘Ketika Nabi mandi karena jinabat, beliau mengawali dengan membasuh kedua tangan. Beliau mendahulukan tangan kanan daripada tangan kiri. Kemudian membasuh kemaluan, berwudhu sebagaimana wudhu sebelum shalat. Kemudian beliau mengalirkan air, menyelah-nyelahi pangkal rambut hingga beliau merasa telah sempurna, beliau mengguyurkan air kekepala sebanyak tigakali dengan kedua tangannya, kemudian mengalirkan air keseluruh tubuhnya. Kemudian, membasuh dua kaki beliau,” (H.R. Muslim No. 248).
Hikmah mandi
a.       Meraih pahala.
b.      Mempertahankan fungsi tubuh.
c.       Sebagai terapi kecanduan narkotika.
Sebab-sebab mandi
a.       Keluar mani.
b.      Bersenggama.
c.       Haid dan nifas.
d.      Melahirkan.
e.       Meninggal dunia.
Larangan bagi orang yang Hadas
a.       Menyentuh dan membaca Al-Qur’an.
b.      Berdaim di masjid.
c.       Shalat.
d.      Thawaf.
C.    Najis
            Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan. Sedangkan menurut istilah syariat adalah sesuatu yang dianggap (secara syar’i) menjijikkan yang mencegah sahnya shalat (seandainya mengenai atau terbawa dalam shalat) dengan tanpa ada suatu hal yang memperkenankan.[8]
Pembagian najis
a.       Najis Hukmiyah, yaitu najis yang tidak ada bentuk, rasa, warna atau bau.
b.      Najis ‘Ainiyah, yaitu najis yanag ada bentuk, rasa, warna ataupun bau.
Cara menghilangkan najis hukmiyah
·         Hukmiyah mukhaffafah (yang ringan hukumnya)
Dengan cara mempercikkan air dipermukaan sesuatu yang terkena najis sampai merata, sekalipun tidak sampai mengalir.
·         Hukmiyah mutawasithoh (yang sedang hukumnya)
Dengan cara mengalirkan air pada sesuatu yang terkena najis, sekalipun hanya sekali asalkan air merata pada permukaan sesuatu yang terkena najis.
·         Hukmiyah mughalladhoh (yang diperberat hukumnya)
Dengan cara dibasuh tujuh kali, salah satu basuhannya dicampur dengan debu yang suci sekaligus bisa mensucikan atau sesamanya.
 Cara menghilangkan najis ‘Ainiyah
·         ‘Ainiyah mukhaffafah (yang rinagn hukumnya)
Bila tidak tercampur dengan najis lain, bisa dilakukan dengan cara menghilagkan rasa, warna, baunya.
·         ‘Ainiyah mutawasithoh (yang sedang hukumnya)
Dengan cara menghilangkan semua sifat-sifatnya.
·         ‘Ainiyah mughalladhoh (yang diperberat hukumnya)
Dengan cara menghilangkan semua sifat-sifatnya.
Najis yang dimaafkan
1) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu, dan sebagainya.
2) Najis yang sangat sedikit.
3)  Darah bisul dan sebangsanya.
4)Kotoran binatang yang mengenai biji-bijian yang akan ditebar, kotoran binatang ternak yang mengenai susu ketika diperah.
5) Kotoran ikan d dalam air.
6)Darah yang mengenai tukang jagal.
7)Darah yang masih ada pada daging.
D.    Hadas
            Hadas menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang meringankan . Hadas dibagi menjadi dua :
1)      Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudlu.
2)      Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah. Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.










[1] Sulaiman Al Jamal. Darul Fikr. Hlm 102
[2] Husain Hasyim Ba’alawi “Sulam at-taufiq” hlm 29
[3] Egha Zainur Ramadhani.2008. super health, gaya hidup sehat Rasulullah. (Yogyakarta: Pro-U Media) hlm 36
[4] Taqiyyudin Ad Dimasyqi. 2005. Kifayah Al Akhyar. Hlm.84
[5] Ahmad As Shawi. Tt. Tafsir As Shawi. Surabaya: Al Hidayah. Hlm 2
[6] Mustafa Al Khin. Tt. Al-fiqh al-manhaji. Hlm 71
[7] Zainuddin Abdul Aziz. Fath Al Mau’i. Hlm 128
[8] Zain  Forum Kalimasada,Kearifan Syariat,Khalista Surabaya,Kediri,2009.163
uddin al-Maribari “fatkhu al-mu’in” juz 1 hlm.81

No comments:

Post a Comment