Thursday, 29 June 2017

Biografi ABDURAHMAN WAHID



MENGENAL ABDURAHMAN WAHID
            Abdurahman Wahid sering dipanggil Gus Dur, lahir pada 4 Agustus 1940 di Jombang, Jatim. Ayahnya K.H.A. Wahid Hasyim Asy’ari, adalah putra pendiri NU, Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari. Ayahnya adalah mantan Menteri Agama RI pertama yang berperan aktif dalam Panitia sembilan untuk merumuskan Piagam Jakarta.Sejak kecil Gus Dur terbiasa hidup dalam lingkungan yang pluralis. Karena hubungan keluarga dan aktivitas ayahnya, ia berinteraksi dengan berbagai kalangan dari latar belakang yang berbeda-beda, seperti dengan para Kiai NU dan politisi dari dalam dan luar negeri, termasuk kalangan non moslim.
            Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Jakarta pada tahun 1953. Dari tahun 1953 sampai 1957, ia belajaran di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama. Ketika sekolah di Yogyakarta, ia tinggal di rumah K.H. Junaid, seorang pemimpin modernis dan ulama Muhammadiyah yang menjabat sebagai Majlis Tajrih. Dari tahun 1957 smapai 1959 ia belajar di Pesantren Tegalrejo, Magelang. Dari tahun 1959 sampai 1963 ia mengajar di Muamilat Bahrul Madrasah di Pesantren Tambak Beras Jombang, kemudia ia pindah dan belajar di Pesantren Krapyak Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan pesantrennya, Gus Dur berangkat ke Timur Tengah, tepatnya di Mesir untuk belajar Universitas Al-Azhar Kairo, kemudian pindah di Baghdad.
            Gusdur belajar di Al-Azhar dari tahun 1964 sampai 1966. Ia tidak puas belajar di Al-Azhar karena menemukan sempitnya wawasan disana. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan Amerikan University di Kairo mengijkuti berbagai seminar dan forum-forum diskusi. Pada tahun 1966 pindah di Jurusan Sastra Arab pada Fakultas Arab di Universitas Baghdad. Ia belajar disana 4tahun. Pada tahun 1971 ia pulang ke Indonesia dan aktif di dunia pesantren. Ia menduduki berbagai jabatan di pesantren. Ia menjadi Dekan Fakultas Ushulludin, Universitas Hasyim Asy’ari Jombang dari tahun 1972-1974. Pada tahun 1974-1980 ia menjadi sekertaris umum Pesantren Tebuireng Jombang. Sejak tahun 1978 ia memimpin pesantren Ciganjur Jakarta Selatan sampai sekarang ( Maret 2005). Pada tahun 1979 menjadi Katib Am Syuriah NU. Pada muktamar NU ke 27,Desember 1984,  Gusdur terpilih sebagai Ketua Umum Tanfiziyah. Kemudian ia terpilih pada Muktamar NU ke 28 ( Desember 1989) dan Muktamar NU ke 29 ( Desember 1994). Ketua kelompok kerja (Pokja) forum demokrasi menjadi salah satu Dewan Presidium WCRP (World Council of Religion on Peace), anggota dewan pembina dan pendiri pusat Simon Perez untuk perdamaian ( Simon Perez Peace Centre ) yang bermarkas di Tel Aviv, Israel.
            Setelah tumbangnya rezim Orde Baru, Gusdur bersama Amien Rais Megawati Soekarno Putri, dan Sri Sultan Hamengkubowono X ( keempatnya terkenal sebagai kelompok Ciganjur) menyatakan sikap tekad mereka terhadap keharusan reformasi dan berbagai masalah menjelang sidang istimewa DPR/MPR. Ia juga membentuk Partai Kebangkitan Bangsa untuk warga NU dan terlibat mempromosikan partai itu. Ia dikecam oleh tokoh NU lainnya yang kemudian ,memdirikan Partai Kebangkitan Umat, Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia (SUNI) dam Partai Nahdatul Umat.
            Setelah terjadinya proses reformasi di Indonesia, akhirnya pada tanggal 20 Oktober 1999 dengan dukungan dari aliansi partai yang menamakan diri “Poros Tengah” , K.H.Abdurahman Wahid dilantik menjadi Presiden RI yang ke 4, Gusdur menduduki kursi KePresidenan RI lebih kurang 1 tahun karena pada akhir tahun 2000 ia diturunkan dari kursinya. Lalu ia, ,menjabat sebagai ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa.

No comments:

Post a Comment