Thursday, 29 June 2017

Ringkasan Nusantara Pra-Islam



Nusantara pra-islam
A.    Kerajaan sebelum islam datang
a)      Kerajaan Kutai
     Terletak di Kalimantan Timur, daerah Muara Kaman di tepi sungai Mahakam. Kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu pertama di Indonesia, kerajaan yang juga dikenal dengan kerajaan Negeri 7 Yupa, yang diperkirakan berdiri pada tahun 400 M.
b)        Kerajaan Tarumanegara
     Pada pertengahan abad ke-5 M, di daerah lembah sungai Citarum, Jawa Barat terdapat kerajaan bernama Tarumanegara yang merupakan kerajaan tertua dijawa. Berita tentang kerajaan ini diketahui melalui prasasti dan berita cina. Berdasarkan prasasti Tugu, Purbacaraka memperkirakan bahwa pusat kerajaan Tarumanegara ada di daerah Bekasi.
c)         Kerajaan Kaling di Jawa Tengah
     Kerajaan Kaling merupakan kerajaan Budha.  Diperkirakan nama kaling (ho-ling) berhubungan dengan nama kerajaan di india selatan, kaling diperkirakan terletak dijawa tengah hal ini diperkuat dengan adanya nama wilayah kaling dikecamatan keling, sebelah utara gunung muria,Jepara Jawa Tengah.
d)        Kerajaan Sriwijiaya
     Sriwijaya merupakan kerajaan nasional pertama di Indonesia, karena pada masa kejayaannya daerah yang dikuasai meliputi Indonesia bagian barat, Semenanjung Malaya, Siam bagian selatan, sebagian Filipina dan Brunei Darrussalam di pulau Kalimantan. Selain itu, berdasarkan temuan peninggalannya dapat diketahui daerah yang tunduk dengan Sriwijaya, misalnya prasasti Karang Berahi di jambi, prasasti Kota Kapur di Pulau Bangka, dan Candi Muara Takus di Riau
e)         Kerajaan Kadiri
     Pada tahun 1041, airlangga mengundurkan diri dari kedudukan sebagai raja. Untuk menghindari perebutan tahta. Ibukota kerajaan kediri bertempat di Daha yang berada dialiran sungai berantas.
     Kerajaan Kediri berkembang dengan pesat melampaui jenggala yang mewarisi ibukota kahuripan. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan raja-raja kediri dalam mengalihkan perdangan internasional dari pelabuhan hujung galuh dikahuripan ke wilayah kekuasaan kediri, yaitu pelabuhan canggu.
     Sepeninggalan Jayengrana, terdapat 2 raja yang prestasinya sangat tinggi sehingga dikenang oleh masyarakat sampai sekarang yaitu pertama, Raja Jayabaya yang memerintah antara tahun 1135-1157. Ia berhasil menyatukan kembali kerajaan jenggala kedalam kekuasaan kerajaan Kediri. Kedua, Kameswara yang memerintah antara tahun 1182-1185. Salah satu prestasi yang dicapai kameswara adalah pengembangan kesusastraan. Pada periode ini banyak karya sastra yang berhasil ditulis, diantaranya adalah smaradana karya Mpu Darmaja.
     Kameswara digantikan pewarisnya yang bernama Kertajaya (1190-1222). Pada masa pemerintahannya terjadi perselisihan dengan penguasa ditumapel yang bernama ken arok. Konflik ini berakhir denga runtuhnya kerajaan kediri dan wilayahnya kemudian menjadi bagian kerajaan Singosari yang didirikan oleh ken arok.
f)         Kerajaan Singosari
     Kerajaan singosari didirikan oleh ken arok yang bergelar sri ranggah rajasa sang amurwabumi. Puncak kejayaan kerajaan singosari dperoleh pada masa pemerintahan Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Kertanegara berhasil melakukan konsolidasi dengan jalan menempatkan pejabat yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya. Raja juga melakukan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan besar, salah satunya adalah dengan menjalin kerjasama dengan Kerajaan Campa.
     Singosari mengalami keruntuhan oleh dua sebab utama yaitu tekanan luar negeri dan pemberontakan dalam negeri. Tekanan asing datang dari kubilai khan dari kekaisaran cina mongol.[1]
g)        Kerajaan Majapahit
     Raja pertama Majapahit adalah Nararya Sanggramawijaya dengan nama Abhiseka Kartarajasa Jayawardana, yang biasa disingkat Wijaya saja. Dan nama yang banyak dikenal adalah Raden Wijaya. Dalam babat tanah jawi dan serat kanda, raja majapahit itu disebut Brawijaya. Raden Wijaya mulai memerintah pada tahun Saka 1216 atau tahun Masehi 1294 setelah tentara Majapahit berhasil mengusir tentara Tartar. Menurut Nagarakretagamam, prabu Jayanagara alias Kala Gemet naik tahta kerajaan setelah Raden Wijaya mangkat.
     Raden Wijaya meninggalkan seorang putra bernama Jayanagara, yang sudah banyak dikenal pada piagam gunung Butak dari tahu saka 1216 atau tahun Masehi 1294, dan naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun saka 1231 atau tahun masehi 1309 dengan nama Abhiseka Wiralandagopala. Yang kemudian digantikan dengan putri Tribuwanatatunggadewi dengan nama Abhiseka Jayawisnuwardhani. Dan lahirlah Hayam Wuruk.
     Pada tahun 1350, Hayam Wuruk naik tahta menggantikan Tribuwanatatunggadewi. Pada masa inilah majapahit mengalami puncak kejayaan. Hayam Muruk tidak memiliki putra mahkota sehingga digantikan oleh seorang putrinya yang bernama Kusuma Wardhani. Pemerintahanm yang dijalankan oleh suaminya yang bernama Wikrama Wardhana (1389-1429).[2]
B.     Sosial kultur dan Agama
                        Munculnya agam islam di Indonesia tidak lepas dari pengaruh persentuhan kebudayaan daerah Nusantara dan negara yang membawa pengaruh islam. Daerah nusantara ini merupakan jalur perdagangan strategis yang menghubungkan antara dau negara, yaitu Laut Tengan dan Cina. Dengan adanya hubungan perdagangan ini menimbulkan pengaruh kebudayaan Arab, Parsi, India dan Cina di Nusantara. Dan terjadilah proses Akulturasi antara kebudayaan-kebudayaan negara tersdebut dengan kebudayaan di Nusantara. Dan sejak kedatangan orang India sebagai pembawa kebudayaan Hindu,yaitu pengaruh alam pikiran dan tingkah laku. Pengaruh tersebut menyebabkan perubahan tata cara hidup kemasyarakatan, perekonomian dan terutama dalam keagamaan.
                        Sekitar abad pertama dan kedua masehi, agama Hindu mulai diperkenalkan oleh para pedagang india melalui interaksi di jalur-jalur pantai Indonesia. Dari situlah yang menjadi penetrasi agama Hindu kedalan kultural masyarakat Indonesia. Yang menjadi pengaruh besar adalah para pedagang asal India yang menetap dan melakukan perkawinan campur dengaqn penduduk Indonesia. Secara tidak langsung mereka vtelah mengalirkan kebudayaan Hindu kepada masyarakat sekitar.
            Bangunan candi-candi diberbagai wilayah Indonesia merupakan bukti adanya pengaruh Hindu. Fungsi dari candi tersebut adalah untuk penguburan abu jenazah para raja. Raja yang vmeninggal dilambangkan dengan sebuah patung yang menjadi perwujudan dari dewa-dewa yangf mereka puja semasa hidupnya. Kepercayaan tersebut juga menunjukkan hunbungan dengan tradisi pra-Hindu yang menyembah ruh-ruh nenek moyang yang diwujudkan dengan bentuk patung dan menhir diatas punden-punden berundak.
                        Pada abad ke 6 masehi para pendeta dari Budha dari India melakukan kunjungan resmi ke istana raja-raja Indonesia dengan mengenalkan ajaran Shidarta Gautama beserta hukum-hukumnya. Kemudian berhasil mengukuhkan pengaruhnya kepada keluarga keraton, merekapun menyebarkan ajaran Budha ke daerah-daerah lain. Dalam waktu yang singkat, pengaruh Hindhu dan Budha telah berhasil memberikan corak terhadap kerajaan-kerajaan besar di Indonesia. Pada sekitar tahun 600an Masehi, muncul kerajaan Hindu besar pertama, yaitu Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan. Dan kerajaan tersebut telah menjadi pusat pendidikan agama Budha. Kekuasaannya mencakupi sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa Barat, dan beberpa kepulauan Malaka dan Borneo. Kerajaan ini mampu bertahan sampai tahun 1377 Masehi.
C.    Masuknya Islam ke Indonesia
Terdapat tiga teori yang menjelaskan kedatangan agama islam ke Nusantara. Pertama, menjelaskan bahwa agam islam yang ada di Indonesia disebarkan oleh bangsa persia. Teori ini didasarkan sumber yang berasal dari Dinasti Tang yang menyebutkan adanya koloni pedagan islam di Tashih, sebuah wilayah di pantai barat Sumatera.
            Teori kedua menjelaskan bahwa agama islam disebarkan oleh bangsa Gujarat. Hal itu didasarkan pada penerimaan bangsa Nusantara terhadap agama islam yang berlangsung begitu cepat. Kecepatan itu disinyalir disebabkan oleh pencampuran unsur agama Hindu dan Islam di India, sehingga sesuai dengan karakteristik bangsa Nusantara.
            Teori ketiga menjelaskan bahwa agama islam disebarkan oleh para pedagang dari negara Yaman bagian Selatan, yaitu Hadramaut. Teori ini didasarkan pada kesamaan gelar dan marga antara bangsa-bangsa yang menyebarkan islam di Nusantara dengan gelar dan marga yang terdapat pada masyarakat Hadramaut.
            Islam berkembang mulai akhir abad ke-13 M sampai awal abad ke-17 M. Dimulai dari bagian utara Sumatera sampai ke daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia Timur. Daerah yang paling kuat islamnya yaitu daerah yang strategis dalam perdagangan internasional ; pesisir-pesisir Sumatera di selat Malaka, Semenanjung Malaya, pesisir utara Jawa, dan Maluku.
            Petunjuk yang paling meyakinkan mengenai penyebaran islam berupa prasasti-prasasti, kebanyakan batu-batu nisan, dan beberapa catatan para musafir. Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Budha banyak berurusan dengan para pedagang islam. Para ulama muslim yang merupakan sarana yang masuk akal sebagai pelaku islamisasi dikalangan istana Jawa yang sudah sejak lama terbiasa dengan pemikiran-pemikiran mistik Hindu dan Budhisme.
            Tahun 1416, Ma Huan seorang muslim Cina, mengunjungi pesisir utara Jawa dan memberi laporan hanya ada tiga macam penduduk Jawa yaitu orang-orang muslim dari barat dan orang Cina beragama islam,penduduk setempat yang beragama islam dan orang-orang jawa yang masih menyembah berhala.
            Masuknya agama islam di Nusantara menurut Tome Pires yang menyatakan bahwa daerah Sumatera Timur, Aceh, dan Palembang telah memeluk agama Islam. Jawa Barat dan Sunda belum memeluk islam tetapi Jawa Tengah dan Jawa Timur daerah pantai penduduknya telah memeluk agama islam. Di Kalimantan baru daerah Brunei yang memeluk islam.
            Di Indonesia, agama islam disebarluaskan melalui lima media, yaitu :
1)      Penyebaran islam melalui Perdagangan.
2)      Penyebaran islam melalui Dakwah.
3)      Penyebaran islam melalui Perkawinan.
4)      Penyebaran islam melalui Kesenian.
5)      Penyebaran islam melalui Seni Bangunan.[3]


Daftar Pustaka
-          Prof. Dr. Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara,LkiS Yogyakarta: Yogyakarta,2005.
-          Rini Mardika Ningsih,Sejarah SMA/MA IPA, PT.Grasindo:Jakarta,2006.


[1] Rini Mardika Ningsih,Sejarah SMA/MA IPA,(Jakarta: PT.Grasindo,2006) hlm.20
[2] Prof. Dr. Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara,(Yogyakarta:LkiS Yogyakarta,2005), hlm.3
[3] Rini Mardika, op. cit., hlm.29

No comments:

Post a Comment